Perbudakan zaman modern dan mengungkap kekejaman manusia yang kelewat batas demi mencari duit terungkap dalam film dokumenter "Sands of Silence" yang sangat mengejutkan, karena dibuat berdasar kisah nyata dari salah seorang korban perbudakan.
Jika kini muncul lembaga "Human Trafficking Survivors Foundation", maka pendiri sekaligus ketuanya tidak lain korban perbudakan itu sendiri, yakni Virginia Isaias. Di dalam film itu Isaias menuturkan ia dipukul seseorang yang tak dikenal hingga pingsan, dan baru siuman di lantai sebuah rumah yang tak terurus, tapi akhirnya ia tahu dirinya diculik bersama bayinya yang berumur enam bulan dan dipaksa menjadi pelacur di negara bagian Chiapas, Meksiko selatan.
Para penculik mengambil bayinya dan menyerahkannya ke seorang perempuan lain kemudian penculik menyerahkan bayi perempuan lain kepadanya. Para penculik juga mengancam dan punya orang - orang yang selalu mengawasinya. Suatu ketika Isaias bisa kabur, tapi untuk mendapatkan kembali bayinya ia harus membayar uang tebusan.
Tragedi yang menimpa Isaias yang terlalu sering terjadi pada wanita muda lain, kata pembuat film "Sands of Silence" yakni Chelo Alvarez-Stehle yang juga orang Meksiko. Dalam film itu terungkap bahwa globalisasi yang bisa mendorong orang untuk migrasi, mendesak orang pindah dari satu negara ke negara lain, sehingga rentan terhadap para pedagang manusia.
Chelo Alvarez-Stehle tak hanya membuat film kisah Isaias, tapi juga menciptakan online game untuk memberi penyuluhan kepada kawula muda mengenai masalah itu. Lantaran ini para pejabat di Los Angeles, AS, membuat program penyuluhan agar para sopir dan penumpang bus mewaspadai masalah perdagangan perempuan - perempuan muda yang dijadikan pelacur.
Ratusan, mungkin ribuan perempuan muda, remaja dibawah usia 18 tahun yang jadi korban praktik pelacuran paksa. Orang yang menangani perbudakan 53ks alias mucikari dikejar. Bersamaan itu dibuat undang - undang "California Against Sexual Exploitation" (CASE) yang menambah hukuman dan memberi pertolongan kepada wanita korban penculikan dan perbudakan 53ks.
Jika kini muncul lembaga "Human Trafficking Survivors Foundation", maka pendiri sekaligus ketuanya tidak lain korban perbudakan itu sendiri, yakni Virginia Isaias. Di dalam film itu Isaias menuturkan ia dipukul seseorang yang tak dikenal hingga pingsan, dan baru siuman di lantai sebuah rumah yang tak terurus, tapi akhirnya ia tahu dirinya diculik bersama bayinya yang berumur enam bulan dan dipaksa menjadi pelacur di negara bagian Chiapas, Meksiko selatan.
Para penculik mengambil bayinya dan menyerahkannya ke seorang perempuan lain kemudian penculik menyerahkan bayi perempuan lain kepadanya. Para penculik juga mengancam dan punya orang - orang yang selalu mengawasinya. Suatu ketika Isaias bisa kabur, tapi untuk mendapatkan kembali bayinya ia harus membayar uang tebusan.
Tragedi yang menimpa Isaias yang terlalu sering terjadi pada wanita muda lain, kata pembuat film "Sands of Silence" yakni Chelo Alvarez-Stehle yang juga orang Meksiko. Dalam film itu terungkap bahwa globalisasi yang bisa mendorong orang untuk migrasi, mendesak orang pindah dari satu negara ke negara lain, sehingga rentan terhadap para pedagang manusia.
Chelo Alvarez-Stehle tak hanya membuat film kisah Isaias, tapi juga menciptakan online game untuk memberi penyuluhan kepada kawula muda mengenai masalah itu. Lantaran ini para pejabat di Los Angeles, AS, membuat program penyuluhan agar para sopir dan penumpang bus mewaspadai masalah perdagangan perempuan - perempuan muda yang dijadikan pelacur.
Ratusan, mungkin ribuan perempuan muda, remaja dibawah usia 18 tahun yang jadi korban praktik pelacuran paksa. Orang yang menangani perbudakan 53ks alias mucikari dikejar. Bersamaan itu dibuat undang - undang "California Against Sexual Exploitation" (CASE) yang menambah hukuman dan memberi pertolongan kepada wanita korban penculikan dan perbudakan 53ks.